Penanyaarah
2 min readOct 7, 2021

Bayi kecil.

Dahulu, Mama bilang si bungsu ini hampir kehilangan nyawanya ketika lahir menyapa dunia ini, ia hanya menangis sekali dengan berat badan yang katanya enggak bisa bertahan lama.

Disaat kebahagiaan hadir di tengah kelahirannya, ternyata ada pula pilu yang datang tanpa permisi.

Bayi mungil itu harus berpisah dari sang ibunda selama beberapa hari, badanya yang mungil harus menerima beberapa alat medis dengan tabung yang hanya cukup menampung dirinya.

“kamu waktu dulu kecil, tingginya cuma seukuran botol orson. Tapi, kenapa sekarang badannya jadi gede?”

Mama tersenyum, ia yang memberikan tanya, ia pula yang menjawab “kamu sejak kecil harus minum obat, kayaknya ini efeknya”

Ia kembali mengelus surai bungsunya itu, tatapannya selalu hangat. “Sejak kecil kamu juga sudah berjuang untuk hidup, kamu memilih untuk bertahan dan bertemu kami walaupun kamu sudah pernah diperlihatkam surga dan isinya, ya?”

“karena itu, kamu ada bukan untuk menjadi lemah, kamu hadir bukan karena kesalahan, pula, kamu hadir karena diri kamu sendiri yang pintar dan kuat. Jika suatu saat nanti kamu sudah tidak kuat lagi jangan pernah berhenti, sebab, kamu adalah seorang pahlawan nyata untuk diri mu sendiri” Katanya dengan lembut.

“kedatangan mu berikan semua bahagia, walau kamu datang dengan tangisan, tapi, kamu disambut dengan senyuman hangat”

Sampai akhirnya, si bayi mungil itu kini sudah dewasa, usianya sudah akan menginjak 20 tahun dengan segala warna dalam hidupnya.

Di saat di usia teman-temannya yang bermain dan menikmati hidup, ia harus terus berlari mengejar walau menggunakan sepatu yang usang. Ia harus kejar cita-citanya, ia harus jadi penengah dari keributan yang terjadi, ia harus selalu bahagia dengan kenyataan hatinya tersayat banyak sekali belati.

Ah — tidak. Bukan untuk membandingkan bahwa si bungsu yang paling memeliki kesulitan di bumi, tapi, rasanya lelah menjadi dirinya yang harus banyak menanggung keluarga dan dirinya.

Mama bilang bahwa aku ini pintar walau banyak takutnya, ternyata sejak kecil, ya, pantas saja besarnya juga banhak takutnya.

Kata mama bungsunya itu berikan ia kekuatan. Ma — jika ucapan saat itu mengenai kata ‘istirahat’, apakah boleh, untuk saat ini, si bungsu mama ini berhenti sebentar? Guna menetralkan nafas dan menguatkan kembali kakinya untuk berjalan? Agar ia miliki kembali semangat dalam hidupnya.

Pict: pinterest.

Penanyaarah
0 Followers

Karena kau menulis, suaramu tidak akan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari...—Pram.